DEADLINE.CO.ID, SAMARINDA – Komisi II DPRD Kaltim menggelar rapat dengar pendapat (RDP) bersama Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM (Disperindagkop) Provinsi Kaltim, di Gedung D lantai 3 Kantor DPRD Kaltim, Selasa sore 1 Maret 2022.
Berbagai persoalan terkait stok bahan pokok jelang bulan Ramadan dan Idul Fitri menjadi pokok utama pembahasan, termasuk permasalahan sejumlah kelangkaan komoditi yang terjadi di pasaran saat ini.
“Rapat kita bersama Disperindagkop hari ini, tentu kita ingin tahu program kerja dari Disperindagkop, baik yang sudah dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan,” kata Ketua Komisi II DPRD Kaltim Veridiana Huraq Wang ditemui usai memimpin RDP.
Veridiana juga menilai, kinerja Disperindagkop Kaltim cukup baik, terbukti dengan penghargaan yang berhasil diraih, yakni meraih peringkat nomor 2 nasional.
“Kaltim cukup bagus dan kita dapat nomor 2 secara nasional untuk perindustrian dan perdagangan,” katanya.
Dari hasil pertemuan bersama Disperindagkop Kaltim, kata Veridiana, pihaknya telah mendapatkan data-data penting terkait perdagangan di Kaltim.
“Banyak hal yang kami dapatkan, termasuk data-data yang selama ini ada data yang belum kami dapatkan. Tapi sore ini kami bersyukur sekali diberikan data oleh pak Kepala Dinas. Tentu ini akan kami pelajari, kami dalami lagi data-data terkait perdagangan yang ada di Kaltim,” terangnya.
Terkait dengan dekatnya bulan Ramadan dan Idul Fitri, Veridiana juga menyebut, bahwa persoalan ketersediaan bahan pokok menjadi salah satu pokok bahasan.
Menurut dia, saat ini masyarakat banyak yang mengalami panic buying, lantaran menerima informasi yang kurang tepat, khususnya untuk stok minyak goreng. Namun dia mengatakan, Disperindagkop Kaltim memastikan seluruh bahan pokok dan komoditi di Kaltim masih aman hingga 2 bulan ke depan.
“Tadi semua sudah ada datanya. Yang jelas untuk persiapan menghadapi bulan puasa, sebenarnya tidak perlu khawatir yang berlebihan. Seperti minyak goreng, daging kita cukup, cuma kadang-kadang masyarakat ini mendapat informasi yang tidak pas, akhirnya terjadi panic buying hingga masyarakat khawatir. Padahal persediaan dari data ini kita masih cukup aman,” tutupnya. (Advetorial)
Penulis : Erick