Friday, July 26, 2024
HomeADVERTOTIALDISKOMINFO KUKARKelurahan Maluhu Berusia ke 52, Rayakan dengan Tausiyah Hingga ke Ziarah Tokoh...

Kelurahan Maluhu Berusia ke 52, Rayakan dengan Tausiyah Hingga ke Ziarah Tokoh Masyarakat

DEADLINE.CO.ID, TENGGARONG- Kelurahan Maluhu Kecamatan Tenggarong, masuki usia yang ke 52 tahun. Pemerintah kelurahan dan masyarakat menggelar syukuran, di Sasana Krida Bhakti Kelurahan Maluhu, Minggu 22 Mei 2022.

Lurah Maluhu Bayu Ramanda sangat bersyukur, tahun ini HUT Maluhu dapat sukses digelar. Mengingat pandemi kemarin, dirinya masih ragu apakah mengizinkan menggelar kegiatan tersebut.

“Tetapi setelah diumumkan bahwa masker dapat dilepas di luar ruangan, maka saya izinkan acara ini dilaksanakan, ” sebut Bayu.

Kegiatan ini, sebut Bayu memerlukan waktu dan perjuangan yang agak rumit. Dan hingga pelaksanaan ini, seluruh warga bekerja sama untuk kesuksesan acara.

“Masyarakat Maluhu gotong royong, hingga terlaksana acara tersebut, ” katanya.

Sebagai kelurahan yang memiliki warga mayoritas suku Jawa, moto ‘Guyub Rukun Saklawase’ juga tertanam di kehidupan sehari-hari. Bayu pun mengaku motto ini sudah teruji dan terbukti dengan rangkaian kegiatan HUT Maluhu ke-52.

“Jadi ini awalnya Jumat tausiyah di Masjid Miftahul Jannah. Kemudian Sabtu, seni jaranan. Dan pada puncaknya ini, ziarah tokoh masyarakat yang membangun Maluhu dan syukuran,” terangnya.

Sebagai bentuk rasa syukur juga, dibuatlah tumpeng yang disediakan untuk dinikmati warga sekitar maupun tamu undangan luar Maluhu. Bayu sebut ada sebanyak 54 tumpeng. Yang tergabung dari 24 RT, Kantor Lurah Maluhu, Bupati, Anggota DPRD, dan semua pihak lainnya.

Camat Tenggarong, Sukono turut menceritakan kilas balik terkait awal mula terbentuknya Kelurahan Maluhu. Pada tahun 1970, kapal yang membawa transmigran dari Pulau Jawa tiba di Tenggarong.

“Maluhu dipilih menjadi unit pemukiman transmigrasi yang diletakkan di daerah RT 1, 2 dan 3,” sebut Sukono.

Hingga gelombang trans selanjutnya, warga-warga ditampung warga terdahulu. Ketika itu warga transmigrasi di Maluhu ini tidak memiliki apa-apa.

“Saat itu, tidak ada jalan bagus, makanan yang tersedia juga, hanya cukup enam bulan dijatah,” sebut Sukono, yang pernah jabat Lurah Maluhu ini.

Dahulu budaya gotong royong, dilakukan secara terus menerus tanpa diberi jatah makan sedikitpun. Dan saat itu warga kami selalu mencangkul. Alat berat baru masuk di Maluhu pada tahun 1995 ke atas dimana jalan ini dibesarkan.

“Ini berkat perjuangan para tokoh dan sesepuh Maluhu hingga saat ini sudah masuki usia ke 52 tahun. Kita harus terus semangat membangun Maluhu semakin lebih maju, ” pungkasnya. (Adv/Andri)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments